(more than) second chance

16.40



“Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:21-22)

Kebanyakan orang berpikir ayat diatas yang menjadi dasar aku masih mau memperbaiki pernikahanku yang telah dilukai.

Mungkin iya...
tapi itu bukan alasan utama..

Aku juga gak heran kalau ada pertanyaan "do you love him that much?" 
wajar kalau ada yang berpikir seperti itu kalau mereka mendasari pertanyaan mereka kepada fakta aku dan suami sudah 5 tahun berpacaran sebelum akhirnya kami memutuskan untuk menikah.

yess, i love him!
cinta memang alasan kenapa kesempatan itu masih dan selalu ada.

But...

Aku mau kembali membangun lagi pernikahanku yang telah hancur menjadi kepingan-kepingan kecil kecil bukan karena aku mencintai suamiku.

Tapi karena aku terlalu mencintai diriku sendiri.

Aku dan kalian yang membaca ini pasti sudah sering mendengar nasihat
"cintai dirimu sendiri terlebih dahulu, maka orang lain bisa mencintaimu"

Itu bener banget!

Sayangnya kebanyakan orang menerapkannya dengan cara yang salah.

aku gak tau bagaimana kalian membedakannya tetapi menurut aku cinta dan sayang itu beda tipis.
Tak kenal maka tak sayang.

Pertanyaannya "bagaimana kamu mencintai dirimu sendiri kalau kamu tidak mengenal siapa dirimu?"

Masa-masa sulit di awal pernikahanku membuat aku mengetahui siapa diriku sebenarnya.

Aku adalah anakNya yang berharga.

Kenapa aku yakin akan hal itu?

karena aku ada sebagaimana aku ada sekarang semata-mata hanya karena kasih karunia Tuhan bukan karena kuat dan gagahku.

Jangankan orang yang hanya melihat, sampai detik inipun diriku yang menjalaninya masih sering dibuat heran ketika menyadari sebenarnya badai yang kulewati kemarin sangat besar dan jika tak hati-hati aku bisa jatuh dan terluka lebih lagi.

anehnya...

Aku bisa melewatinya dengan penuh sukacita dan damai sejahtera tanpa terluka sedikitpun dalam waktu yang singkat bagi mereka yang pernah mengalami hal sama denganku.

Hidupku tidak mulus tetapi aku masih bisa tidur nyenyak, aku bisa tertawa lepas hanya untuk hal-hal bodoh dan konyol. Herannya hal-hal tersebut jarang bisa kulakukan waktu masih duduk di bangku kuliah ketika masalahku hanya berputar di sekitar tugas menjelang deadline, masalah absen yang hampir menyentuh batas syarat ujian atau uang kiriman yang habis padahal akhir bulan masih jauh.

Aku masih muda tetapi gejolak emosiku yang menggebu-gebu itu rasanya makin lama makin menipis. Walau kadang aku bisa disalahkan untuk sesuatu yang tidak aku lakukan, hal tersebut sama sekali tidak mengguncang kebahagiaanku hingga hari itu berakhir. Aku masih berpikir kemana semua itu pergi? 1 tahun yang lalu aku susah tertawa gampang menangis tetapi aku mendapati diriku sekarang gampang tertawa namun pelit air mata walaupun kadang-kadang hati ini ingin menangis baik karena tersakiti ataupun terharu melihat banyak hal.

Aku rasa stock air mataku sudah habis karena aku mengeluarkannya terlalu over tahun lalu. Ketika pertama kali aku mendapat pencobaan, tiap hari aku hanya bisa menangis dari buka mata di pagi hari hingga saking kelelahan menangis sampai ketiduran di malam hari. Aku benar-benar merasa sendiri. Pasangan hidup yang tadinya tempatku menggantungkan segala-galanya mendadak berubah menjadi orang yang paling membenci diriku, orang tuaku yang begitu tangguh berusaha menguatkan aku dengan motivasi-motivasi mereka seperti "ngapain buang-buang waktu untuk susah hati, cuma merugikan dirimu sendiri". Agaknya orang tuaku lupa kalau anaknya saat itu sedang rapuh dan yang dibutuhkan bukanlah motivasi yang membangkitkan tetapi mereka yang bersedia mendengarkan, memeluk dan menangis bersama.

Keadaan dan kondisi sekitar yang seperti itu membuatku hanya bisa duduk, menangis dan dalam hati berteriak "Tuhan...! Tuhan...!"

Rupanya Nama yang kupanggil itu mendengar jeritan hatiku. Dia mulai mencoba berbicara kepadaku melalui apa yang aku lihat dan apa yang aku dengar. Awalnya semua bersifat duniawi tapi entah kenapa ada dorongan dalam hatiku untuk coba mencarinya di Alkitab. Ajaibnya setiap kali aku membuka Alkitab secara random, aku selalu mendapati ayat-ayat yang sesuai dengan kegelisahanku saat itu. Seakan-akan seperti Tuhan berbicara kepadaku. Aku mulai bertambah tegar hari ke hari, aku tidak di beri Tuhan kesempatan untuk khawatir lagi karena aku menemukan jawaban atas semua pergumulanku di dalam Alkitab. Ternyata benar Pemazmur mengatakan bahwa Tuhan dekat pada orang yang patah hati. Justru dalam kesesakanku aku bisa mendengar suara Tuhan berbicara kepadaku melalui FirmanNya.

Setelah Tuhan memanggilku untuk mengenalNya melalui Firman, Ia mulai menyatakan janji pribadiNya atas hidupku. Ia mulai mempertemukan aku dengan mereka yang mempunyai karunia nubuatan.

Lantas apa aku percaya begitu saja? tentu tidak! Apalagi aku adalah seorang sarjana yang gemar mengisi hari dengan membaca buku, tentu aku tidak percaya akan hal-hal seperti itu.

Apakah Tuhan tidak bisa membuktikan? tentu bisa! Dia lah yang berkuasa atas segalanya, daya pikir kita sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Tuhan. Dia punya banyak cara.

Dia sentuh hatiku untuk percaya pada karunia orang lain dengan menjawab semua pokok doa yang kuminta semalam sebelumnya melalui orang yang aku tidak kenal sama sekali dan baru pertama kali aku temui pagi itu. Saat itu aku hanya bisa speechless dan meneteskan air mata karena terharu ternyata doa dari seseorang yang bukan siapa-siapa seperti aku di dengar oleh Tuhan.

Indera keenam? NO! Alkitab mengatakan itu karunia.
Kebetulan? kebetulan itu yang membuat aku merasakan damai sejahtera melampaui segalanya
"Hal seperti itu tidak ada hubungannya dengan Tuhan ketika ditelaah menggunakan logika"
Logika adalah tembok besar yang menghalangi kemampuan kita untuk melihat Tuhan. 
Satu-satunya cara untuk bertemu langsung dengan Tuhan adalah melalui iman.

Singkat kata aku belajar taat dengan mengikuti semua perintah Tuhan. Apa perintah Tuhan?
Terkadang orang bingung mencari apa sih sebenarnya kehendak Tuhan padahal sudah jelas-jelas semuanya tertulis di dalam Alkitab.

Mudah? Tidak!
Oleh karena itu kita harus selalu meminta tuntunan roh kudus untuk membimbing kita memahami Firman dan menguatkan kita agar senantiasa berjalan di dalam kebenaran.

Memang ikut Tuhan itu tidak gampang, dan bukan berarti hidup mulus tanpa cobaan. Justru ketaatanlah yang mendatangkan proses dalam kehidupan tapi tanpa sadar mengubahkan kehidupan kita. Tergenapinya janji Tuhan dalam hidup kita adalah bayaran bagi ketaatan kita dan hal itu kita dapatkan pada waktu yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Tidak cepat, tidak juga terlambat tapi indah pada waktuNya. Namun ketika kita memutuskan untuk menanggalkan kedagingan kita dan ikut Tuhan, saat itu kita sudah menerima uang muka berupa damai sejahtera dan sukacita.

Saat-saat yang dianggap orang dunia adalah masa sulit bagiku, justru aku merasa itu adalah tahun terbaikku. Belum pernah aku merasakan sukacita sebesar itu selama hidupku. Tidak ada kekhawatiran karena aku tau Tuhan memegang hidupku, aku terjamin sebab aku taat kepada Tuhan.

Taat pada semua perintah Tuhan.

Semua perintah Tuhan!

Bukan hanya perintah Tuhan yang menyenangkan hatiku.

Semua perintah Tuhan!

Termasuk perintah mengampuni orang yang menyakiti aku.

Apalagi yang harus kuampuni itu adalah suamiku sendiri.

Suami yang menurut Alkitab sudah bersatu denganku secara daging.

Suami yang menurut Alkitab kepada dia aku harus tunduk.

Tuhan sudah menolongku bangkit dari masa sulitku. Dia ada ketika aku butuh, Dia menjawabku ketika aku berteriak kepadaNya, Dia mengangkatku ketika aku jatuh, Dia melayakkan aku padahal aku sama sekali tidak layak. Tuhan yang begitu baik, kenapa aku harus mendukakan hatinya hanya karena ketidakrelaan aku mengampuni? Kenapa aku mau buat pengecualian tentang ketaatanku hanya karena aku menuruti keegoisanku untuk bercerai padahal jelas-jelas di Alkitab tertulis "Apa yang sudah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia"(Matius 19:6). Kenapa aku tidak mau mengasihi dan mengampuni suamiku yang padahal demi menebus dosanya, Yesus rela mati di atas kayu salib.

Tuhan sudah memberkati kehidupanku dengan luar biasa, bahkan aku menerima lebih dari apa yang pantas aku terima. Dan aku terlalu egois tidak mau kehilangan semua berkat itu hanya karena aku tidak taat kepada Tuhan. Suara Tuhan yang menuntun kehidupanku hingga seperti sekarang, dan aku sangat mencintai kehidupanku saat ini. Aku tidak mau Tuhan berhenti berbicara kepadaku seperti Tuhan berhenti berbicara kepada Abraham selama 13 tahun dan membuat hidup bangsa Israel berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun hanya karena mereka tidak mau taat kepada Tuhan.

Apa yang aku tulis ini hanyalah rangkuman dari keseluruhan ceritaku mengalami Tuhan. Dan aku ingin menceritakan setiap detail penyertaan Tuhan dalam hidupku mulai dari saat jatuh dalam pencobaan, di proses, dipulihkan hingga menerima janji Tuhan dalam buku yang sedang aku tulis. Aku ingin berbagi kisahku melalui bukuku yang berjudul "4 seasons".

"4 Seasons" masih dalam proses pengerjaan, aku mohon doanya agar bisa cepat selesai dan boleh memberkati orang banyak.

Terima Kasih. God bless..

X.O.X.O

Indah

You Might Also Like

0 comments

TWITTER

PROMO

Instagram

Subscribe