SABTU NYUNDA DI KEBON AWI KAFFEE

13.57

Berapa kali jalan-jalan ke Dago Pakar, berapa kali juga aku menanyakan hal yang sama ke si suami setiap melewati sebuah tempat yang bernama “Kebon Awi”

Awi itu apa sih yank?
Untungnya suami gak bosan berulang kali menjawab pertanyaan yang sama. Hehe~

Awi itu dalam Bahasa Sunda artinya bambu.

Ehmmm.. penjelasan dirasa masuk akal mengapa si pemilik menamakannya seperti itu jika dilihat dari bagaimana look tempat itu dari jalan.

Dari luar terlihat sebuah kafe minimalis yang terlihat dipenuhi dengan pohon bambu di halaman belakangnya.

Sampai pada suatu hari aku mendapat undangan di instagram untuk menyaksikan pertunjukan tari topeng di Kebon Awi.


hmmmm.. Kebetulan baru kali ini bisa libur di hari Sabtu, and i'm really need resfreshing after non-stop working month! I really miss blogging, and it's my chance to have new object to write.

Jadi gak pikir panjang Sabtu pagi aku langsung meluncur ke Kebon Awi Kaffee yang beralamat di Jl. Bukit Pakar Timur 29, Bandung.

Aku sempat kaget begitu masuk ke Kebon Awi Kaffe karena ternyata apa yang aku lihat di dalam berbeda dengan bayanganku tentang tempat ini sebelumnya. Memang kelihatan dari luar seperti sebuah kafe kecil bergaya modern minimalis, tapi jika menuruni anak tangga yang berada tepat di pintu masuk, kita akan mendapati sebuah lahan cukup besar berbentuk seperti lereng  yang dipenuhi berbagai macam pohon bambu dan terdapat beberapa pendopo lesehan di bagian bawah.





Ternyata Kebon Awi Kaffee bukan sekedar tempat ngopi seperti tempat lain pada umumnya seperti bayanganku selama ini. Tetapi adalah sebuah spot kuliner yang memadukan antara kafe yang modern dan resto nusantara dengan suasana alam.

Awi yang berarti bambu tidak hanya untuk ditunjukan dari suasana di kafe dan resto yang dihiasi lebih dari 85 macam pohon bambu ini. Tetapi juga terlihat dari pendopo, jembatan dan pegangan tangga yang dibangun dengan bahan dasar bambu.






Bahkan beberapa menu andalan Kebon Awi Kaffee pun dibuat dengan bahan dasar rebung yang diolah sedemikian rupa hingga tidak meninggalkan rasa pahit di lidah. Contohnya ayam rica rebung yang waktu itu menjadi hidangan makan siang aku. Rasanya sungguh berbeda dengan ayam rica yang pernah aku coba sebelumnya. Kalau Ayam rica-rica identik dengan wilayah Manado, namun bila dikombinasikan dengan rebung seperti yang disajikan di Kebon Awi Kaffe, maka kita bisa merasakan ayam bumbu pedas dengan sentuhan Sunda.
Jarang banget kan?



Selain memanjakan lidah dan menenangkan pikiran dengan nuansa hijau dan rindang yang memberikan pengalaman baru #makandihutanbambu. Kita juga bisa melihat karya seni yang dipamerkan di beberapa pendopo yang dibangun menyerupai gubuk kecil khas Sunda yang juga dibangun dari bambu.




Banyaknya benda seni berupa lukisan disini merupakan wujud kecintaan Ambu Ottih owner dari Kebon Awi Kaffee pada kesenian. Ambu Ottih sendiri merupakan salah seorang tokoh yang melestarikan kebudayaan Sunda, itu juga yang menjadi alasan kenapa unsur seni dan kebudayaan terasa sangat kental di Kebon Awi Kaffee. Gak heran kalau sering diadakan acara kebudayaan di kafe dan resto ini, seperti hari itu Ambu Ottih sengaja mengundang para blogger untuk mempertontonkan kebolehannya menarikan tari topeng yang merupakan tarian budaya Sunda yang mulai jarang dinikmati kaum millenial saat ini.



Tari Topeng sendiri bercerita tentang tingkatan watak manusia dalam yang masing-masing diwakili oleh 5 macam topeng yang dipakai berganti-ganti selama ditarikan.


Topeng berwarna putih yang biasa dijadikan lambang suci dan bersih dijadikan sebagai simbol pada saat manusia baru lahir sebagai bayi di dunia.


Topeng berwarna biru dilambangkan sebagai anak kecil yang baru mempelajari setiap benda lahiriah yang ditemuinya.

Topeng berwarna merah muda melambangkan manusia yang baru menginjak remaja dan masih mencari jati diri. Pada fase ini manusia masih bimbang, ragu, goncang dan belum memiliki pendirian yang tetap.


Topeng berwarna merah marun melambangkan manusia yang telah menemukan jati diri yang teguh dan mantap.


Dan pada bagian akhir, musik pengiring tarian agar terdengar lebih cepat tempo nya yang seirama dengan gerakan si penari yang lebih bersemangat ketika berganti dari topeng berwarna merah marun sebelumnya menjadi topeng berwarna merah tua.

Topeng berwarna merah tua melambangkan manusia yang dzolim, serakah karena manusia tersebut dijajah oleh hawa nafsu, angkara dan murka.

Ambu Ottih memainkan tari topeng dengan begitu bersemangat, piawai dan lincah. Hingga semua tamu kagum dan tak hentinya bertepuk tangan ketika Ambu Ottih menutup tariannya dengan membuka topeng terakhir dan memperlihatkan wajahnya yang geulis khas Sunda.


Kecintaan Ambu Ottih terhadap seni dan budaya dapat dirasakan dari acara yang diadakan #KebonAwiKaffee pada hari itu. Acara dikemas sedemikian rupa hingga terasa "SUNDA" banget!

Acara dibuka dengan pertunjukan kebudayaan Sunda yang sudah ada sejak turun temurun seperti kesenian musik dengan alat musik khas Jawa Barat yang terbuat dari bahan dasar bambu.



Pada sesi break makan siangpun, para pengunjung seolah diajak kembali ke masa kanak-kanak dengan beberapa kaulinan barudak Sunda yang sedah sangat jarang sekali ditemui di era digital saat ini.




Dan sebagai penutup rangkaian acara hari itu, kita juga bisa menikmati seni modern dalam bentuk musikalisasi puisi.


Acara yang diadakan di #kebonawicafe hari itu merupakan acara kesenian nusantara pertama yang aku hadiri dan juga menjadi pengalaman seru mempelajari seni dan kebudayaan Indonesia.

Karena budaya adalah roh suatu bangsa.
Bangsa tanpa budaya bagaikan manusia tanpa roh yaitu seperti bangkai yang dapat dijajah oleh bangsa lain.

X.O.X.O

Indah
Jordan's momma

You Might Also Like

0 comments

TWITTER

PROMO

Instagram

Subscribe